Ulasan Serial Marvel: Apa Pendapatmu tentang Falcon and The Winter Soldier?

Ulasan Serial Marvel: Apa Pendapatmu tentang Falcon and The Winter Soldier?

Posted on

Sebenarnya kalau TFATWS hanya film action yang digarap seru, kira-kira setara atau setingkat di atas Agents of SHIELD, saya sudah akan puas sebenarnya. Tapi saya lupa, ini Marvel Cinematic Universe dan Lord Kevin Feige yang turun tangan sendiri mengawasi proyek-proyek Phase 4 ini. Dan saya lupa juga, ketiga film Captain America bukan hanya kasih keseruan, tapi juga drama political thriller yang kompleks. Captain America: The First Avenger mungkin yang paling ‘hitam putih’, karena di era Perang Dunia II dunia memang lebih simpel. Captain America: The Winter Soldier menjadi film yang sangat berbeda dibanding First Avenger: deep state conspiracy menjadi nyawa dari The Winter Soldier. Sedangkan Captain America: Civil War memperdebatkan apakah super power itu bagian dari kebebasan individu atau negara harus turun tangan dalam mengendalikannya? Ini merefleksikan perdebatan di dunia nyata antara Apple vs FBI tentang privasi data dan enkripsi.

Saya baru ingat setelah mulai menonton seri ini, TFATWS adalah perpanjangan dari seri Captain America. Dan dengan Steve Rogers sudah tiada, posisi Captain America sedang lowong, tambahkan lagi kekacauan dunia pasca Blip (kembalinya setengah mahluk hidup yang hilang 5 tahun di-snap Thanos), TFATWS menjadi seri yang sangat menarik. Seperti juga film-film Captain America, TFATWS menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mendalam yang juga merefleksikan problema masyarakat Amerika sekarang ini. TFATWS lebih dari sekedar superhero menumpas teroris. Ada banyak issue-issue yang dimasukkan sebagai elemen cerita 6 episode ini.

Situasi Dunia Setelah the Blip

Salah satu hal yang membuat saya kesengsem banget sama MCU adalah detail universe-nya. Satu hal yang mereka pertimbangkan dengan seksama adalah: apa akibat dari the Blip. Bayangkan setelah Thanos melakukan snap, setengah mahluk hidup di jagad raya hilang. Sistem politik dan ekonomi yang sudah established di bumi tiba-tiba terguncang. Selama 5 tahun apa yang diinginkan Thanos terwujud: dunia reset dari awal.

Tapi dengan keberhasilan Avengers di EndGame, tiba-tiba setengah penduduk yang hilang itu kembali. Rumah yang mereka tadinya tinggal, tiba-tiba dihuni orang lain. Negara-negara yang selama 5 tahun hilang, dikembalikan lagi. Perbatasan-perbatasan dipulihkan lagi. Begitu juga dengan sistem ekonomi, ketidakseimbangan ekonomi di dunia lama sebelum Snap ingin dikembalikan lagi setelah the Blip. Sementara itu, 5 tahun sumber daya dunia cuma setengah, tiba-tiba semua orang kembali pasti menimbulkan krisis ekonomi baru.

Inilah yang sedang ‘diperbaiki’ oleh GRC: Dewan Repatriasi Global. Mereka ingin mengembalikan dunia kembali ke sebelum snap. Itu berarti, dunia sebelum snap (yang adalah sama dengan dunia kita sekarang) adalah dunia di mana 40% aset global dikuasai oleh 1% saja penduduk dunia. Kekuasaan dipegang oleh 1% ini, sementara yang berada di level bawah dari rantai makanan tidak bisa banyak didengar suaranya.

Dengan pemahaman ini, kita jadi mengerti agenda kelompok teroris The Flag Smasher. Motto mereka “One world, one people” merefleksikan impian mereka akan suatu dunia yang adil sewaktu the Blip. Itu sebabnya mereka punya simpatisan di mana-mana.

Maka pidato Sam Wilson ke para pejabat GRC di episode terakhir sangat penting: “Dengan siapa kalian memutuskan itu semua? Dengan orang-orang yang terkena dampak kebijakan kalian, atau dengan orang-orang macam kalian? Bocah ini (Karli Morgenthau) rela mati untuk menghentikan kalian, dan gak ada dari kalian yang mencoba menanyakan kenapa.” Ini pidato yang powerful banget menurut saya. Seolah Sam Wilson tidak hanya pidato untuk jagad MCU, tapi juga jagad nyata di mana kita hidup.

Kehidupan pribadi Sam Wilson

Kita tidak pernah bersentuhan dengan kehidupan pribadi Sam Wilson sebelumnya. Ternyata dia dari keluarga nelayan sederhana, level bawah dari rantai makanan ekonomi di AS. Melihat perjuangan dia dan adik perempuannya untuk bisa mendapat pinjaman bank untuk usaha nelayannya dan satu paket dengan pesan utama dari mini seri ini, yaitu keadilan.

Ironis melihat seorang anggota Avengers, mungkin seperti status selebriti bagi olahragawan kulit hitam Amerika di jagad kita, ditolak pinjaman oleh bank. Belum lagi polisi di Baltimore yang nanya ke Bucky, “Is this guy bothering you??” Ini reaksi rasis dari polisi yang berprasangka orang hitam adalah kriminal.

Tapi dari sini kita justru melihat bagaimana Sam Wilson adalah orang yang tepat untuk menyandang perisai sebagai Captain America. Seperti Steve Rogers, dia orang baik hati yang bisa menyatukan berbagai macam orang untuk bekerja sama meraih tujuan bersama, seperti mengerahkan orang sekampung untuk membetulkan perahu warisan ortunya. Dia juga bisa memahami motif teroris the Flag Smasher makanya dia berusaha berdialog dengan Karli. Dia percaya sesuatu yang rusak (perahu warisan ortu, Bucky yang PTSD, Karli dengan agenda terorisnya, dan Amerika secara keseluruhan) masih bisa diperbaiki.

Ada video bagus ini yang menjelaskan dengan bagus kenapa Sam Wilson layak menjadi Captain America:

PTSD Bucky Barnes

James Buchanan ‘Bucky’ Barnes yang masa lalunya sebagai Winter Soldier si super assassin sekarang menghantuinya seperti banyak veteran tentara AS yang pulang dari perang di Irak dan Afganistan.

Karena jasanya berjuang bersama Avengers, Bucky diampuni tapi diwajibkan untuk mengikuti sesi terapi psikologi. Dia sendiri menggunakan buku catatan milik Steve Rogers untuk mencatat nama korban-korbannya dan melakukan closure terhadap mereka.

Ini keren banget menurut saya, MCU mendalami perjuangan Bucky melawan PTSD, berjuang mengatasi personal demons-nya. Segala hal yang dilakukan Bucky seolah untuk menebus dosanya di masa lalu sebagai Winter Soldier.

Captain America Baru

Satu issue yang menjadi tema utama seri ini adalah tentang siapa seharusnya yang menyandang gelar Captain America. Sam Wilson, seorang Afro-American, walaupun dipilih Steve Rogers untuk menyandang gelar Captain America berikutnya, dia tidak merasa dirinya layak untuk menyandang perisai itu, sehingga menyerahkannya pada pemerintah untuk dipamerkan di Smithsonian. Bagi Sam, “Simbol tidak ada artinya apa-apa tanpa pria dan wanita yang memberikannya makna.”

Tapi bagi pemerintah AS, simbol adalah alat politis untuk mempersatukan rakyat. Karena gak ada Steve Rogers, yaudah pilih lagi Captain America baru: Kapten John Walker dari 75th Rangers Regiment, seorang pahlawan perang penerima 3 medal of honor. Tapi yang lebih penting lagi, Walker adalah simbolisme tipikal Amerika: kulit putih dan pirang.

John Walker sebagai Captain America sangat berbeda dari Steve Rogers. Steve selalu memperjuangkan nilai-nilai kebebasan yang luhur. Di Winter Soldier dia mengkritisi Nick Fury yang membuat armada kapal induk terbang, di Civil War dia menentang kontrol negara atas superhero. Steve berupaya memperjuangkan ‘nilai-nilai Amerika’ karena dia adalah seorang “star spangled man” (mengutip theme song-nya Captain America). John Walker adalah kebalikannya. Kalau istilah politiknya itu, Walker adalah penganut American exceptionalism. Maksudnya, Amerika tidak pernah salah. Kebalikannya dari Rogers, Walker menganggap diri sebagai ‘polisi dunia’ karena memegang perisai itu. “DO YOU KNOW WHO I AM??” dia pernah berteriak. Dia membunuh seorang anggota the Flag Smasher dengan darah dingin juga menunjukkan American exceptionalism-nya. Ini sesuatu yang tidak akan dilakukan Steve Rogers.

Jadi kita bisa pahami: Rogers mewakili ideal Americanism, Walker mewakili American exceptionalism, sedangkan Wilson mewakili mindset kaum kulit hitam Amerika yang terpinggirkan dan tidak merasa dirinya bisa menjadi simbol dari “Amerika”.

Issue Rasial

Dari mini seri ini kita jadi mengetahui bahwa pemerintah AS melanjutkan program super soldier. Isaiah Bradley adalah seorang veteran super soldier di era Perang Korea, tapi bernasib tolak belakang dengan Steve Rogers. Steve melanggar perintah untuk membebaskan teman-temannya, dan dia dipuja karena itu. Sementara Isaiah ditangkap, dipenjara, dan dijadikan bahan percobaan oleh militer AS karena melakukan hal yang sama dengan Steve.

Isaiah mengalami pemenjaraan, eksperimen, dan banyak kepahitan oleh pemerintah yang dia bela benderanya selama ini. Cerita ini ada refleksinya di jagad kita, di mana di masa lalu militer AS memperlakukan tentara kulit hitam dengan diskriminasi brutal, termasuk eksperimen kedokteran.

Fakta bahwa pemerintah AS memilih Captain America baru yang adalah seorang kulit putih, rambut pirang, dan bermata biru menunjukkan bahwa pemerintah AS masih menggunakan kulit putih sebagai representasi nilai-nilai Amerika. Padahal Steve Rogers mewarisi perisainya kepada Sam Wilson, seorang kulit hitam.

Salut kepada MCU yang berani mengungkapkan issue sensitif namun nyata ini ke dalam film superheronya.

Baron Zemo dan Super Soldier

Helmut Zemo, baron dari Sokovia, kita kenal sebagai villain yang menyebabkan Avengers terpecah dalam Civil War. Sebagaimana kita tahu, keluarganya tewas waktu Sokovia diporak-porandakan Ultron di Avengers: Age of Ultron. Walaupun Ultron dikalahkan Avengers, Zemo mendendam juga kepada Avengers.

Sikap anti superhero ini kelihatan bahkan di mini seri ini. Ada satu dialog antara Zemo, Wilson dan Barnes. Zemo mengatakan, “Konsep super soldier itu selalu mengganggu buat kebanyakan orang. Aspirasi itu yang membawa kita pada Nazi, pada Ultron, dan pada Avengers.” Kita paham antipati Zemo pada superhero adalah dari traumanya.

Tapi apa yang dia katakan punya kebenaran dalam sejarah. Salah satu gagasan Nazi adalah membangun masyarakat ubermensch (manusia unggul) berdasarkan ras. Ultron juga adalah buah dari ide membangun tentara Iron Men. Dan pertempuran dengan Avengers berbuah kematian seluruh keluarga Zemo. Kepedihan jiwa Zemo sangat terasa di balik pembawaannya yang dingin.

Satu kejutan dari MCU adalah ada adegan action di mana Zemo mengenakan topeng ungu seperti kostumnya di komik.

Kejutan: Sharon Carter dan Dora Milaje

Satu yang ngangenin dari story arc-nya Captain America, adalah Sharon Carter yang dibintangi Emily Van Camp. Setelah membantu kubu Cap di Civil War memang tidak terdengar lagi tentang dia.

Ternyata Carter menyembunyikan diri di Madripoor dan selama the Blip menjadi boss kriminal bawah tanah dengan sebutan Power Broker.

Seperti juga Winter Soldiers yang ternyata ‘membubarkan’ SHIELD, Thor: Ragnarok dan Avengers: Infinity War yang berakhir shocking, saya senang dikejutkan oleh Sharon Carter yang ternyata menjadi ‘penjahat’. Itu malah membuat karakter dia jadi tambah menarik dan seperti biasa, masa depan MCU jadi makin tidak ketebak.

Dan tentunya, Dora Milaje, praetorian guard wanita dari raja Wakanda. Satu tim kecil beranggotakan 3 orang ikutan di sini untuk memastikan Zemo bisa ditangkap lagi. Seneng banget melihat African valkyries yang cantik namun perkasa ini beraksi.

Waktu John Walker mengatakan Dora Milaje gak ada yurisdiksi di situ, komandannya menjawab, “Dora Milaje have jurisdiction wherever the Dora Milaje find themselves to be”. Langsung ngakak gw.

Siapa Val?

Yang saya nonton ini masih bingung adalah karakter ini:

Diperankan oleh Julia Louis-Dreyfus yang terkenal sebagai komedia di Seinfeld. Di film ini dia ‘menyelamatkan’ John Walker secara politis dan mengubahnya menjadi US Agent (iya, ini naman superheronya).

Ternyata karakter Valentina Allegra de Fontaine ini seharusnya diperkenalkan di film Black Widow, tapi berhubung tahun lalu film “janda hitam” ini diundur karena pandemi, kita jadi agak bingung siapa orang ini. Jadi jawabannya baru bisa didapat waktu nonton film Black Widow bulan Juli nanti.

Kesimpulan

TFATWS bukan hanya sekedar film seri action-actionan. Ini adalah film yang selain action-nya keren, dramanya juga kompleks, khususnya kalau kita paham dengan konteksnya.

Selain dari saya tonton sendiri, beberapa aspek yang saya bahas di sini ada juga di video bagus ini:

Tema dari TFATWS adalah power (kekuasaan, kekuatan). Baik itu power secara politik, power secara ekonomi (pertarungan antara GRC vs Flag Smashers), power secara fisik (lewat super soldier serum), power untuk mengalahkan trauma masa lalu (Bucky) dan power untuk menyandang perisai Cap (Sam Wilson). Dan entah kebetulan atau memang disengaja, banyak nuansa warna ungu di mini seri ini, warna dari Power Stone (sementara WandaVision yang bertema reality memiliki nuansa merah, sama seperti Reality Stone).

Jadi penasaran dengan Loki. Kalau temanya seputar waktu (alur cerita ini memang sebagai akibat dari Avengers berpetualang waktu di EndGame), nuansanya juga hijau (seperti warna Time Stone), mungkin Marvel Studios memang sengaja kasih warna-warna ini di bawah sadar kita. Udah kayak TVRI kasih banyak warna kuning menjelang pemilu Orde Baru hahaha 😀 … ups menyimpang terlalu jauh.